DETIKCOM LEGENDA MEDIA ONLINE
http://www.whizisme.com/2013/06/book-review-detikcom-legenda-media.html
Netizen di Indonesia selama ini pasti hafal dengan cerita sukses Facebook, Google, Microsoft, Apple. Namun masih sedikit yang mengetahui tentang kiprah Detikcom dari mulai berdirinya sampai terjual oleh konglomerat Chairul Tanjung senilai US$ 61 juta.
Nilai yang fantastis bukan?. Di balik itu semua, ada buku yang mengupas keadaan dalam markas Detikcom dari awal.
Beruntungnya saya mendapatkan buku plus tandatangan ini langsung dari Sapto Anggoro, penulis sekaligus wartawan pertama DetikCom. Gratisan lagi :D
Nilai yang fantastis bukan?. Di balik itu semua, ada buku yang mengupas keadaan dalam markas Detikcom dari awal.
Beruntungnya saya mendapatkan buku plus tandatangan ini langsung dari Sapto Anggoro, penulis sekaligus wartawan pertama DetikCom. Gratisan lagi :D
Selepas dibeli oleh grup transTV, SAP (sebutan Sapto Anggoro) sekarang mendirikan Merdeka.com di bawah PT.KapanLagi. Keren kan? startUp digital-nya.
Mendokumentasikan Detikcom ke Bagian Terdalam
Buku setebal 200 halaman ini memaparkan legenda hidup DetikCom yang masih sangat berkembang pesat hingga sekarang.
Dan asiknya lagi penulisnya adalah orang dalam yang mengetahui dapur redaksi maupun bisnis DetikCom.
Kita akan diajak Sapto Anggora berjalan-jalan menyusuri kantor redaksi, sambil menceritakan siapa pendiri, redaksi pertama, hingga hal-hal yang aneh seperti koin sebagai senjata pamungkas para wartawan saat belum ada handphone.
Baca Juga: Keuntungan Mempunyai Desain Logo Keren
Diceritakan juga, selain pelopor media online, DetikCom merupakan perusahaan media yang tidak pernah meminjam uang di Bank dan pernah juga mem-PHK karyawan.
Kita akan diajak Sapto Anggora berjalan-jalan menyusuri kantor redaksi, sambil menceritakan siapa pendiri, redaksi pertama, hingga hal-hal yang aneh seperti koin sebagai senjata pamungkas para wartawan saat belum ada handphone.
Baca Juga: Keuntungan Mempunyai Desain Logo Keren
Diceritakan juga, selain pelopor media online, DetikCom merupakan perusahaan media yang tidak pernah meminjam uang di Bank dan pernah juga mem-PHK karyawan.
Walaupun begitu dengan akselerasi yang khas oleh pendiri dan Wartawan yang militan, DetikCom mampu survive hingga sekarang.
Sapto Anggoro menulis buku ini, bukan sebagai panduan membuat media online yang sukses, namun lebih berbicara tentang pengalamannya sebagai awak DetikCom saat itu.
Sapto Anggoro menulis buku ini, bukan sebagai panduan membuat media online yang sukses, namun lebih berbicara tentang pengalamannya sebagai awak DetikCom saat itu.
Contohnya bagaimana suka duka Cak SAP memimpin tim marketing sales and promotion (online advertising), padahal dia juga komandan wartawan lapangan waktu itu.
Tak kalah pentingnya Cak SAP bercerita tentang passion yang sangat tinggi dari pendiri dalam memajukan DetikCom, siapa lagi kalau bukan Budiono Darsono (BDI), Abdul Rahman, Calvin Lukamantara, Yayan Sopyan, Didi Nugrahadi.
Tak kalah pentingnya Cak SAP bercerita tentang passion yang sangat tinggi dari pendiri dalam memajukan DetikCom, siapa lagi kalau bukan Budiono Darsono (BDI), Abdul Rahman, Calvin Lukamantara, Yayan Sopyan, Didi Nugrahadi.
Kelima pendiri ini pula diceritakan oleh Cak SAP, tentunya dengan arah pandang dia sebagai pewarta pertama DetikCom.
Namun sayangnya penggarapan buku ini dari segi kaver kurang tergarap dengan apik, seolah ini buku dengan Self Publishing dan harus terkejar waktu.
Namun sayangnya penggarapan buku ini dari segi kaver kurang tergarap dengan apik, seolah ini buku dengan Self Publishing dan harus terkejar waktu.
Sesaat saya menemukanya di Gramedia, saya kurang ngeh karena penampilan buku yang ndak art-minded. Tapi keseluruhan isi buku ini sangatlah asik dibaca.
Baca Juga: It's Startup. Buku Berisi Tips Memasuki Bisnis Startup
Setelah membaca tuntas selama 2 hari. Dari buku ini, setidaknya saya memperoleh pelajaran atas kesungguhan pemilik, pengelola, dan staf yang tak kenal lelah hingga menghasilkan brand DetikCom yang keren sampai saat ini.
Dari awal berdirinya kantor redaksi di bawah tribun GOR Lebak Bulus sampai kantor elite. DetikCom telah menjelma menjadi media independen, fair dan cepat.
Baca Juga: It's Startup. Buku Berisi Tips Memasuki Bisnis Startup
Setelah membaca tuntas selama 2 hari. Dari buku ini, setidaknya saya memperoleh pelajaran atas kesungguhan pemilik, pengelola, dan staf yang tak kenal lelah hingga menghasilkan brand DetikCom yang keren sampai saat ini.
Dari awal berdirinya kantor redaksi di bawah tribun GOR Lebak Bulus sampai kantor elite. DetikCom telah menjelma menjadi media independen, fair dan cepat.
Secara tidak langsung telah menjadikan label penyedia informasi paling cepat dan kredibel di benak pengakses DetikCom.
Pastinya kalian yang baca posting ini juga pengakses DetikCom kan?
Pastinya kalian yang baca posting ini juga pengakses DetikCom kan?
Sampe2 aku install aplikasi detikcom di Ali Padkurrojiku biar gak ketinggalan berita. haha.
ReplyDeletedua hari nyelesaiin 200 halaman? HEBAT! Wah kalo aku bisa setahun baru habis tuh! HAHAHHAA..
Kalo bukunya syik ya dikebut..kalo ndak ya nyicil hehe..
DeleteKang Ndop kie, akeh sarene tinimbang mocone hhhh
DeleteHEhe..kritik & saran tetep berguna Pakies hehe
Deleteeh mas, hover link menu blogmu paling atas enaknya putih aja deh (#ffffff) kalo hijau kok mati dan kurang bersemangat ya.. hehehehe...
ReplyDeletehehe iyak..putih tambah kelihatan active. Udah aku rubah kok :) Thanks.
DeleteSekalian blogku direview mas Ndop Hɑнɑнɑº°˚˚˚°º
Deletewuah $$$ crink crink
Deleteenakan ijo Kang, ke mata lebih adem
DeleteCuman ganti hover aja kok pak..ndak ganti warna ijo yang dominan inih :)
DeleteKalau aku sih pembaca setia kompas, kalau detikcom aku gunain buat cari referensi lain tentang bacaan ku di kompas. cuma sesekali buka detik, gitu. :)
ReplyDeleteYa kalo nuntut kecepatan berita ya Detikcom. Aku juga lebih suka kompas kalo di rucbrik Sos-Bud. Kalo politik Kompas..bikin pusing+amburadul karena terpengaruh insan politik :)
Deletewah pengin bisa kayak detik, atau malah lebih gede gitu ya...
ReplyDelete#ngimpidulu
Aminn..semoga terkabul Mas Yono ..Seputar Semarang ajhib kok
ReplyDeleteYap, aku termasuk salah satu pengakses detik.com, biasa buka semua kanal berita biar lbh berimbang...pusing kalo cuman baca dan fanatik dg satu media, apalgi berita politik..hahaa, ga jelas krn pemilik medianya jg politisi hehehe...
ReplyDeletebenar sekali Mas Anton :)
Deletebuku wajib dibeli ini, apalagi saya yang bekerja di media online juga, walau cuma media online lokal sih :D
ReplyDeleteWah sangat cocok itu mas Yos :)
Deletekapan ya bisa punya blog kayak detik.com
ReplyDeletedimulai sekarang :)
DeleteWah luar biasa nilai jualnya detik com, hasil dariperjalanan panjang sebuah perjuangan intelektual.
ReplyDeleteSaya sepakat Kang, meski saya awam seni, sepertinya tampilan buku ini kurang 'menggigit' pandangan
Perjuangan pendirianya sangan keren Pakies. Yak..semoga di cetak ulang dengan kaver yang lux. Apalagi sekelas DetikCom :)
Deleteya saya suka baca dari beragam arus utama media, dari yg hard sampe soft news, dan detik udah nambah khazanah berita di indonesia. saya juga masih pake blogger
ReplyDeletewuih keren..btw blognya apa mas?...
Deletekalo bisa dikebut 2 hari berarti buku ini dari segi isinya boleh dibilang bagus, walaupun kalo dilihat cover luarnya memang gak banget ya? hehehe
ReplyDeleteYa semoga ada recover ulang tuh :)
DeleteSalam buat teman-teman. Kalau ngobrol angkringan, asyik kali ya. : sapto
ReplyDeletehehe siap Mas Sapto..ini dia authornya, singgah dimari :)
Deletekisah sukses sang media di dunia maya, mantap. ngomong-ngomong harga bukunya berapaan tuh gan ?
ReplyDeleteANe tepatnya belum tahu harganya, karena buku ini diberikan gratis. Kalo ndak salah kurang lebih 40K
Deletedulu kenal media online ya detik.com ini...hehehehhehe sukses selalu mas
ReplyDeleteSelamt dan sukses juga buat blognya yak :)
DeleteSejarah perjalanan DetikCom menarik sekali.
ReplyDeleteSangat menginspirasi benar lho
Deletemas dimana ya beli buku ini ? ,saya sangat tertarik skali untuk bahan referensi skripsi saya.tapi ini buku lama jadi saya cari udah pd abis stok ny
ReplyDeleteDi Gramedia kemungkinan sudah tidak ada karena tidak atau belum terbit lagi. Kalau ada kemungkinan kondisi secondhand, bisa dicari di toko online
DeleteDetikCom, portal berita yang dulunya tak punya kantor berita. :-D
ReplyDeleteBetul Mas Blogger Borneo :)
DeleteDear WHIZISME,
ReplyDeletenamaku kiran dan aku lg usaha nyari buku ini mati2an demi bantu temen aku yang lg di ambang gagal thesis mengangkat soal buku ini tp ga bs ketemu dimanapun. aku jg uda cari gada hasil. apakah bs mas whizisme bantu dalam bentuk menyewakan atau bahkan menjual buku tersebut..? :( aku ga tega temen aku depresi gagal skripsi..mohon respond nya segera. email aku kirangacheri6@gmail.com thank you